LARI JARAK
PENDEK (SPRINT)
Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau
dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu berjalan, berlari, melempar,
dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak
diadakan Olimpiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena, Yunani
pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi atletik amatir
internasional tahun 1912.
Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan
sebutan Netherlands Indische Athletick
Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu
organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia (PASI).
Sprint
atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga
atletik. Sprint atau lari cepat
merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan
maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih
digolongkan dalam lari cepat atau sprint.
Pada dasarnya gerakan lari itu sama untuk semua jenis
perlombaan lari. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh,
maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam
pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak
dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah (800
– 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih).
Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa
faktor yang mutlak menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start,
gerakan sprint, dan finish.
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau
mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga
dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki
tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan
sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari
sprint dengan baik.
Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan pada
hakekatnya adalah merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
termasuk didalamnya ilmu. Selanjutnya pengetahuan adalah apa yang kita ketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia untuk
tahu.
b. Aplikasi atau penerapan
Aplikasi teknik
merupakan penerapan penggunaan teknik lari sprint
yang dilakukan oleh atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan
atlet akan berusaha untuk mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk
mencapai penampilan terbaik dan prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki
kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda pula dalam menerapkan atau
mengaplikasikan teknik sprint dalam
perlombaan. Seperti yang dikatakan IAAF (1993; 115) kemampuan untuk melakukan
suatu teknik yang sempurna adalah tidak sama sebagai seorang pelaku yang penuh
ketangkasan. Atlet yang tangkas memiliki teknik yang baik dan konsisten dan
juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan teknik guna menghasilkan prestasi
yang baik.
1.
Pengertian Sprint
Lari cepat atau sprint
adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan
maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter
masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Sprint
atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan
kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau
jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja,
sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari tuntutan
yang diletakkan pada seorang sprinter
adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah
‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah
hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi
gerakan yang halus, lancar, efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan
tinggi. Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) start,
(B) gerakan lari cepat, (C) gerakan finish.
2.
Pengertian Teknik
Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya
prestasi. Teknik adalah cara yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan
kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup
peraturan (lomba) olahraga. Teknik merupakan suatu proses gerakan dan
pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang
perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana
untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan
yang dibenarkan oleh peraturan.
3.
Teknik Lari Sprint
Teknik adalah sangat kritis terhadap prestasi selama
suatu lomba lari sprint. Melalui
tahapan lomba tuntutan teknik sprint beragam
seperti halnya aktivitas otot-otot, pola waktu mereka dan aktivitas metabolik
para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi tujuan utamanya adalah untuk
mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di tempat.
Tujuan utama lari sprint adalah untuk
memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan
kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan frekuensi-langkah.
untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau
kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama
perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam
waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman,
lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat
tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint dapat dirinci
menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
a.
Tahap reaksi dan dorongan
b.
Tahap lari akelerasi
c.
Tahap transisi/perubahan
d.
Tahap kecepatan maksimum
e.
Tahap pemeliharaan kecepatan
f.
Finish
Lomba lari sprint yang lain mengikuti
pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif bervariasi.
Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan
frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk bisa berlari
lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Hubungan
optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi
tahap-tahap lomba yang berbeda-beda. Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:
1)
Start
Suatu start yang baik ditandai dengan
sifat-sifat berikut;
a. Konentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar
saat dalam posisi aba-aba “bersedia”
b. Mengadopsi sikap
yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siap”
c. Suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang maksimal
Teknik yang
digunakan untuk start harus menjamin
bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat
mungkin dengan sudut-start optimum 450.
setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak
(lari) percepatan yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah
pertama harus menjurus kemungkinan maksimum.
Ada tiga variasi dalam start-jongkok
yang ditentukan oleh penempatan start-blok
relatif terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium (medium-start), c. Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya yang
disarankan, karena memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya
dalam waktu yang lebih lama daripada start-panjang
(menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak kekuatan
seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik start-jongkok karenanya dapat dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu:
a)
Posisi “bersediaaa”
Pada posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau
posisi “bersediaaa”, kaki yang paling cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan
sisi miring blok yang paling depan. Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan (lihat gambar
). Kaki belakang ditempatkan pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah
kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan tubuh.
b)
Posisi “siaaap”
Posisi “siaaap”
ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet menerima suatu postur dalam
posisi start “siaaap” yang menjamin
suatu sudut optimum dari tiap kaki untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai
dari pusat gravitasi ketika kaki diluruskan dan pegangan awal otot-otot
diperlukan bagi suatu kontraksi eksplosif dari otot-otot kaki.
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
1. Berat badan dibagikan seimbang
2. Poros pinggul
lebih tinggi daripada poros bahu
3. Titik pusat
gravitasi kedepan
4. Sudut lutut
900 pada kaki depa,
5. Sudut lutut
1200 pada kaki belakang
6. kaki
diluruskan menekan start blok
c)
Posisi (aba-aba) “ya”
Daya dorong
tungkai dan kaki dalam start dapat
dianalisa dengan menggunakan papan-pengalas daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada
papan itu pada pada saat start,
impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter. Kekuatan
impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat
dicatat.
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
1.
Kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan
menunjukkan bahwa daya kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan
mengawali gerak akselerasi dari titik-pusat gravitasi atlet dengan cepat
menurun.
2.
Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit
lambat yang memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut
setelah dorongan kaki belakang menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang
lebih lama. Kenyataannya, daya kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan
kira-kira dua kali lipat dari daya kaki-belakang.
2)
Tahap Akselerasi
Pada tahap akselerasi
diupayakan frekuensi lari yang tinggi secepat mungkin dengan dari sedikit
mengadopsi postur lari yang normal. Ciri-ciri dari tahap ini adalah:
a. Kontak awal
dengan lintasan oleh ayunan kaki depan selebar kurang lebih 30 cm dibelakang
proyeksi vertikal titik pusat gravitasi.
b. Kecepatan
langkah setinggi mungkin dengan tahap melayang yang pendek.
c.
Tahap dukungan pendek memerlukan dorongan kuat dari
telapak kaki.
d. Badan diluruskan
dari sedikit menuju lari yang normal setelah 10 langkah kira-kira 20 meter.
3)
Tahap Kecepatan Maksimal
Setiap langkah sprint terdiri dari tahap-tahap kontak
dengan tanah (atau dukungan) dan suatu tahap melayang (atau ayunan).
Tahap-tahap ini dapat diuraikan lebih lanjut kedalam tahap sangga/topang depan
(front support) dan tahap sangga/topang belakang (rear support) serta tahap
ayunan depan (front swing) dan tahap
ayunan belakang (rear swing).
a. Tahap ayunan belakang.
Tahap pemulihan
(recovery). Otot-otot flexor lutut
mengangkat tumit kedepan pantat dengan pembengkokan (flexio) kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai bawah tetap
ditekuk ketat terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin
dipersiapkan untuk suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam
langkah mencakar berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga pengungkit
pendek dari kaki ayun. Kecepatan sudut optimal pada paha berayun kedepan
menolong menjamin frekuensi langkah lari yang tinggi.
Tujuan dan
fungsi dari tahap ini adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah. Kaki
rilex, mengayun aktif menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga dan
sebagai tahap lanjutan dan persiapan angkatan lutut. Adapun ciri-ciri atu
tangda-tanda tahap ini adalah:
1. Ayunan rilex kaki belakang yang tidak disangga sampai
tumit mendekati panta. Bandul pendek ini sebagai hasil kecepatan sudut yang
tinggi memungkinkan membuat langkah yang cepat.
2. Angkatan tumit karena dorongan aktif lutut, dan harus
menampilkan relaksasi total dari semua otot yang terlibat.
3. Perjalanan horizontal pinggul dipertahankan sebagai hasil
dari gerakan yang dijelaskan
b. Tahap ayunan depan.
Tahap angkat
lutut. Tahap ini menyumbangkan panjang langkah dan dorongan pinggang. Persiapan
efektif dengan kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150 dibawah
horizontal. Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan mencakar
aktif dari kaki diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm posisi
supinasi dari kaki. Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak kebawah/kebelakang
sebagai suatu indikator penanaman aktif dari hasil dalam suatu kenaikan yang
cepat dari komponen daya vertikal.
Tujuan dan fungsi
tahap ini adalah agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap panjang
langkah yang efektif, dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif. Teruskan
dan jamin jalur perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk mendarat
engan suatu gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap angga
depan. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda-tanda, yaitu:
1. Angkatan
paha/lutut horizontal hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya sebagai
prasyarat paling penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.
2. Gerakan angkat
lutut dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang intenssif.
3. Siku diangkat
keatas dan kebelakang.
4. Dlam lanjutan
dengan ayunan kedepan yang rilex dari tungkai bawah karena pelurusan paha
secara aktif, dengan niat memulai gerak mencakar dari kaki aktif.
c. Tahap sangga/topang depan
Tahap
amortisasi. Pemulihan dari tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat pengaktifan
awal otot-otot yang tersedia didalam yang diawali dalam tahap sebelumnya. Idenya
guna menghindari adanya efek pengereman/hambatan yang terlalu besar dengan
membuat lama waktu tahap sangga/topang sependek mungkin.
Tahap ini mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja
utama. Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang
diaktifkan sebelumnya dan otot-otot kaki bertujuan untuk membuat suatu gerak
explossif memperpanjang langkah sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau
tanda sebagai berikut:
1. Gerakan mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan
jari-jari keatas.
2. Jangkauan kedepan aktif harus tidak menambah
panjang-langkah secara tak wajar, namun mengizinkan pinggang (pusat gravitassi
tubuh) berjalan cepat diatas titik sanggah kaki.
3.
Hindari suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan.
4.
Waktu kontakl dalam angga depan harus esingkat mungkin.
d. Tahap sangga/topang belakang
Besarnya impuls
dan dorongan horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah singkat saja.
Sudut dorongan sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu perluasan elastik
dari dari sendi kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan
oleh suatu angkatan efektif dari siku dalam ayunan kebelakang, dan ayunan kaki
meng-intensifkan dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik pusat massa
tubuh dikenai oleh gerakan garis melintang dari perluasan dorongan. Togok badan
menghadap kedepan.
Tujuan dan
fungsi dari tahap ini adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga untuk
waktu singkat, dan sebagai persiapan dan pengembangan suatu dorongan horizontal
yang cepat. Keriteria untuk tahap-tahap penyanggaan ini adalah:
1.
waktu singkat dari periode sangga/topang keseluruhan
2.
suatu impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang
belakang
3. suatu waktu optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang hampir tidak ada daya pengereman/ hambatan pada tahap sanggahan.
Setelah Membaca dan
Memahami Materi, untuk lebih mengembangkan wawasan, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut disertai dengan penjelasan yang berdasar teori.
Untuk menjawab 2 pertanyaan ini, minimal 1 halaman kertas buku berisi penuh tulisan jawaban.
1. Ada yang suatu
pernyataan yang menarik tentang aktivitas berlari, termasuk di dalamnya
adalah lari jarak pendek (sprint). Pernytaan tersebut berbunyi “berlarilah
dengan tangan”. Bagaimana hal tersebut dapat dijelaskan secara teori kinesiology
mengenai pernyataan tersebut?
2. Faktor kecepatan
seorang pelari dalam mencapai tujuan akhir (garis finis) adalah
frekuensi langkah dan panjang langkah. Namun diantara kedua hal tersebut
memiliki peran yang agak bertolak belakang. Semakin panjang langkah, maka
semakin sedikit frekuensi langkah, begitu juga sebalik. Bagaimana itu bisa
terjadi dilihat dari ilmu biofisika olahraga?
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar, efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) start, (B) gerakan lari cepat, (C) gerakan finish.
Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
Lomba lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi tahap-tahap lomba yang berbeda-beda. Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:
Ada tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok relatif terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium (medium-start), c. Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya yang disarankan, karena memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya dalam waktu yang lebih lama daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak kekuatan seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik start-jongkok karenanya dapat dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu:
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
1. Berat badan dibagikan seimbang
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
Tahap ini mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama. Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan sebelumnya dan otot-otot kaki bertujuan untuk membuat suatu gerak explossif memperpanjang langkah sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau tanda sebagai berikut:
Setelah Membaca dan Memahami Materi, untuk lebih mengembangkan wawasan, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut disertai dengan penjelasan yang berdasar teori.
Untuk menjawab 2 pertanyaan ini, minimal 1 halaman kertas buku berisi penuh tulisan jawaban.
1. Ada yang suatu pernyataan yang menarik tentang aktivitas berlari, termasuk di dalamnya adalah lari jarak pendek (sprint). Pernytaan tersebut berbunyi “berlarilah dengan tangan”. Bagaimana hal tersebut dapat dijelaskan secara teori kinesiology mengenai pernyataan tersebut?
2. Faktor kecepatan seorang pelari dalam mencapai tujuan akhir (garis finis) adalah frekuensi langkah dan panjang langkah. Namun diantara kedua hal tersebut memiliki peran yang agak bertolak belakang. Semakin panjang langkah, maka semakin sedikit frekuensi langkah, begitu juga sebalik. Bagaimana itu bisa terjadi dilihat dari ilmu biofisika olahraga?